Sabtu, 25 Januari 2014

Journey Part 7



Aku pulaaaaaang, tanpa dendaaaam…
Kuterima kekalahanku,
Kau ajarkan aku bahagia, Kau ajarkan aku derita..
Kau tunjukan aku bahagia, Kau tunjukkan aku derita..
(Sheila on 7)
 Bahagia itu datangnya sepaket dengan derita… seperti ungkapan di sebuah film. Perjalanan kami ditutup dengan sebuah perisitiwa yang ‘nyesek’ banget saat itu. Tampak sederhana sebenarnya, tapi memberi kesan yang mendalam. Seperti saat kita ‘ngidam’ rujak, menyimpan atau dengan sengaja menyisakan buah mangga di akhir dan seketika ada seseorang yang mengambil dan memakannya. Nyesek, nyelekit… dan seolah mangga itu adalah mangga terakhir yang ada di dunia ini. Hahahahhaa, lebay.

Perjalanan pulang ini membuat kami sadar, bahwa waktu ini memang sudah akan berakhir. Uang menipis, lelah, belum mandi, dan waktu yang tersisa membuat kami sibuk berpikir akan dihabiskan dengan bagaimana waktu sebelum kami berangkat ke Bandara. Akhirnya sesampainya kami di KL sentral, menyimpan barang, batal mandi karena biayanya cukup mahal (5 RM kalo gak salah, sekitar 20.000), berjalan mencari masjid jameek dan masjid India, ‘kesasar’ ke dataran merdeka berkat petunjuk seseorang yang kami temui di depan pagar masjid. Oiya, yang berbeda dengan Indonesia… masjid disini dibuka pada jam tertentu saja, jadi jangan berharap untuk bisa tidur di masjid atau bersantai diluar jam buka. Untuk yang ingin sholat duha malah jadi susah, di KL sentral saja musholla ditutup jam 7 pagi.

Balik ke dataran merdeka, tempat ini cukup menarik. Banyak gedung tua dengan kubah menarik, perpustakaan besar, dan museum khusus ‘gratis’ untuk melihat miniatur KL. Brosur dan peta pun gratis disini, Ratih sangat antusias dan akhirnya mengumpulkan berbagai brosur dan buku gratis untuk mengobati si lonely planet yang ada di Bangkok sana :D perpisahan dengan KL ini ditandai dengan makan di KFC KL central, ini pertama kali kami makan di resto fast food. Menghabiskan uang dan menikmati makanan itu suap demi suap, nikmat sekali. Hingga tiba saatnya kami harus berjalan menuju Aero Bus yang akan membawa kami ke bandara. Waktu berjalan sangat cepat rasanya… minggu kemarin kami di KL sentral ini dan hari ini disini untuk kembali pulang. 

Sepanjang perjalanan di bus, saya dan Ratih lebih banyak diam. Bukan lelah, mungkin kami sedih dan mulai merunut kembali perjalanan kami seminggu ini. 

Saya pun mulai berpikir, kenapa saya disini. Kenapa harus Malaysia yang menjadi tempat pertama yang saya kunjungi. Suara musik di Radio pun melantunkan sebuah lagu, lagu yang sangat saya kenal dan sering saya dengar 10 tahun yang lalu…

… Isabella adalah, kisah cinta dua dunia…
Mengapa kita berjumpa, namun akhirnya terpisah…’
Siang jadi hilang, ditelan kegelapan malam…
Alam yang terpisah,melenyapkan sebuah kisah…

Lagu ini membawa saya menyebrangi selat karimata, menuju laut Jawa, melewati laut Bali, Laut Flores dan sampai ke laut Banda. Di sana, di selatan Sulawesi Tenggara, di pulau saya, pulau Kabaena.. sejak kecil saya mendengarkan lagu ini dan masih banyak lagu Malaysia lainnya… mengingatkan saya pada keluarga dan teman-teman disana. Sejak mulai bekerja dan ‘tugas luar’ kota, saya seperti selalu membawa mereka bersama saya, mengunjungi berbagai tempat dan menemui beragam orang… hati saya seketika ngilu dalam perjalanan sore itu. 

Pulang, kembali ke Realitas. Pulang untuk melanjutkan rutinitas. 

Pulang, bagaimanapun ia selalu menjadi sesuatu yang menyenangkan sekaligus mengkhawatirkan, seperti akan MATI saja… kita kembali ke kekekalan dan sekaligus khawatir sudah cukupkah perbekalan kita. 

Hari pertama di Penang, seorang tante yang tau bahwa saya sedang di Malaysia. Tiba-tiba menepon, saya khawatir. Kabar apakah yang akan saya terima. Deg-degan tapi saya tidak mengangkat telepon Karena biaya roaming yang cukup mahal. Akhirnya saya sms saja, bertanya ada apa dan memberikan penjelasan kenapa saya tidak mengangkat telepon. Cemas menunggu balasan, dan sms jawaban dari tante membuat saya menarik napas panjang. 

Katanya, handbody (lotion) dimalaysia bagus-bagus, belikan untuk saya,…’
Uffhhh, lega sekaligus pengen ketawa. Udah cemas, ternyata beliau pengen pesan handbody alias lotion. Akhirnya saat itu saya berjanji untuk membelikan. Saat nemu wifi, akhirnya saya langsung menghubungi kawan di Malaysia tentang si lotion, dia pun bingung. Janji lotion itu saya bawa ke Bangkok, hingga akhirnya menyisakan uang untuk membeli lotion saat kembali ke KL. Dan sebelum berangkat akhirnya kami keliling ke daerah pasar seni mencari lotion, nihil. Lanjut ke petaling street, gak ada. Setelah tanya ke orang, kami akhirnya diarahkan ke suatu swalayan (semacam hypermart), disana bertemulah dengan lotion itu.. banyak pilihan dan saya memang mencari lotion local produksi Malaysia. Kalo gak salah, mereknya aisyah. Beli langsung 6 biji, bisa di bagi untuk mama, tante dan adek-adek. Di awal kami sempat memikirkan, bahwa akan dimasukkan di bagasi atau simpan di bagian tas paling bawah. Kawan kami menitipkan tas koper untuk dibawa ke Indonesia, dan Ratih sempat berpikir lotion itu dimasukkan kesana. Tapi kami lalai.. bahkan hingga fanny membuka koper itu dan bertanya apakah ada barang yang akan dimasukkan.
Pemeriksaan pertama, saya lolos. Ratih tertahan karena belum melengkapi stempel khusus. Saya menunggu. Hingga melewati imigrasi, aman. Pintu terakhir adalah si ‘X-Ray’, dan kamipun seketika diminta untuk membuka tas. Saya dan Ratih pucat, sambil mikir. Saya mengingat si lotion, dan Ratih ternyata diharuskan mengeluarkan botol air mineral. Lotion diitahan sesuai dengan peraturan batas cairan 125 ml. dan saya punya 6 botol lotion L petugas itu memperingatkan bahwa lotion itu bisa dimasukkan ke bagasi, tapi harus dengan bagasi baru dan waktunya tinggal 5 menit lagi. Saya berusaha menghubungi fanny untuk menitipkan lotion, sayangnya pulsa tidak mencukupi. Tdk ada upaya lagi yang bisa dilakukan selain mengikhlaskan lotion itu. Ikhlas. Harus.

Sedih. Kesal. Petugas itu mencoba berempati, bertanya apakah kami pelajar. Saya menjawab dengan ketus, dan seolah ingin menunjukkan kalau saya marah saya pun bertanya apakah air mineral itu bisa diminum atau tidak, petugasnya mengiyakan. Di depan petugas itu, saya langsung meminum minuman tersebut, sempat menawari ratih tapi dia sudah tidak berselera, dan akhirnya saya menghabiskan minuman itu persis di depan mata petugas dan menyerahkan botol kosong itu ke petugas. Hahahahhahahaha…. Selamat tinggal lotion, takdir tidak mengizinkan lotion itu sebagai oleh-oleh.

Beberapa menit sebelum berangkat, kami mencoba menertawakan diri. Sedih pasti, tapi mau diapain lagi. Kami pun memilih untuk berpikir positif, mungkin memang lotion itu tidak ditakdirkan menjadi oleh-oleh. Tak cukup 6 botol untuk keluarga besarku, khawatir akan terjadi saling iri dan percekcokan hhehehhe :D
Ibaratnya, jika dikaitkan dengan pulang dan Mati. Lotion ini seperti amalan yang kita anggap sebagai bekal (oleh-oleh) terbaik. Ikhtiar sudah, tetapi lupa dengan prosedur. Tuhan mungkin tidak ridho, jadi amalan itu tidak diterima. Syukurnya, selain lotion.. masih ada bekal lain dalam bentuk gantungan kunci, makanan, kaos-kaos, ratusan foto menarik dan berbagai cerita dan pengalaman selama perjalanan… perbanyaklah bekal dan amalan baikmu, karena kita tak pernah tau, bagian mana yang sudah benar dan diterima Tuhan.
Panggilan ke pesawat pun membuyarkan lamunan. Benar-benar sudah akan pulang. 2 jam kemudian insya Allah akan tiba di Bandung tercinta :)

Jadi ingat tentang ungkapan seorang teman, tentang perjalanan yang bikin ‘nagih’… yaaa… nagih banget, entah mimpi apa berikutnya yang akan membawa kami, saya ataukah hanya Ratih ke tempat lain berikutnya… kata teman itu lagi, ‘mgk orang lain senang shopping… belanja barang dll, kita beda… kita berbelanja, membeli pengalaman, membeli cerita yang mungkin saja menarik untuk diceritakan ke anak cucu…nanti’.

Entah karena terpengaruh ceritaku akan kereta Trans-Siberia selama perjalanan, 2 minggu setelah kami kembali ke Indonesia, Ratih bermimpi lagi. Katanya kami berada diatas suatu kereta… yang di dalamnya ada kamar-kamar, mini resto… let see, biarkan Tuhan memeluk mimpi-mimpi itu…

 …See you in next journey :) kami pulang untuk menyiapkan bekal untuk pergi lagi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar