01 Januari 2014,
bertolak dari Penang (Malaysia) menuju Bangkok (Thailand)
Penang memang bukan tujuan utama
kami. Hanya sebagai tempat persinggahan sebelum melanjutkan perjalanan. Tapi,
masya Allah saat akan meninggalkan Penang ini, kami gamang. Khususnya untuk
rekan seperjalanan, tatapannya mendadak kosong beberapa jam sebelum kami
meninggalkan Penang.
Akhirnya tanpa benar-benar
disadari. kami mendadak memutuskan untuk ‘berpisah’ dengan Penang secara
baik-baik. saya memilih untuk ‘going nowhere’ mengeliling Penang, dan rekan
saya memilih menelusuri street art yang tersebar dijalan Penang melalui
petunjuk Peta Penang yang baru didapatkannya di Hotel sesaat sebelum kami
berangkat. Saya tersesat di acara ‘car free day’ tahun baru dan menikmati
tontonan keramaian warga Penang yang multietnis dan rekan saya berhasil
menemukan 90% street art seperti yang tertulis di peta. Di waktu yang sudah
ditentukan sebelumnya, akhirnya kami kembali ke hotel dan siap untuk berangkat.
Terngiang lagu kampungku yang
selalu dinyanyikan saat kecil:
Kabaena gunungnya tinggi, ombak di laut sama
ratanya…
Sungguh lah enak orang yang pergi, kami yang
tinggal apa rasanya…
Kami yang pergi, dan kami merasa
tak enak L
gamang, kami berjalan gontai menuju dermaga ferry. Ragu untuk meninggalkan
Penang yang sangat nyaman dan takut menghadapi Thailand yang masih abu-abu.
Penang tak henti-hentinya memberi
kejutan, sebelum berangkat kami mampir membeli nasi kepada ibu muslim
India-Melayu yang menyampaikan betapa banyak restoran muslim di Bangkok, dan
wajahnya yang sumringah seolah memberikan janji surga di Bangkok sana. Kejutan
terakhir dari Penang, kami bingung dan bahagia setelah mengetahui bahwa
penyeberangan pulang dari Penang – Butterworth, GRATIS. Hahayyyyyyy J
30 menit penyeberangan, sampailah
di Butterworth. Sepi dan Panas. Masuk ke stasiun pun sepi, hanya ada 1 bule
disana. Toilet kurang bersih dan musholla yang kurang terawatt, aihhh.. Penang
sudah terasa jauh.
Tuhan Maha Baik, tak rela kami
meninggalkan kesan buruk akan Butterworth, karena di stasiun ini kami akhirnya
berkenalan dengan 3 orang Thailand asli yang juga sedang berlibur di Penang. 2
cewek dan 1 cowok. Iseng kenalan untuk belajar bahasa Thai, dan akhirnya kami
mendapatkan banyak informasi tentang bahasa, trik khusus di Thai, makanan
muslim. Percakapan kami pun ‘patah-patah’ dengan bahasa Inggris dan bahasa
Isyarat/Tarzan hehehe… mereka pun menambah janji surga, mendukung ibu penjual
nasi tadi J
saking bahagianya ketemu mereka bertiga, kami pun gak enak karena tidak ada
barang ataupun kenangan yang bisa kami berikan selain foto. Akhirnya telur asin
dan sosis yang jadi bekal kami selama perjalanan kami bagi, mereka pun sama tak
enaknya, berbagi makanan dan berfoto bersama. Kop Kun Kaaaaa J karena pengalaman ini,
kami pun menyesal tak membawa ‘souvenir’ atau apapun yang bisa menjadi buah
tangan saat bertemu orang baik diperjalanan… insya Allah, next trip J
Pukul 14,30, perjalanan kereta dimulai,
untuk 24 jam perjalanan menuju Bangkok. Kelas ‘sleeper’ memang menyenangkan.
Bersih, toilat bersih, ada westafel dan di gerbong yang kami tempati seperti
mewakili komunitas antar bangsa. Kami Indonesia, sepasang kakak beradik dari
Thailand, 1 cowok Indonesia lain yang ‘cunihin’ dan baik hati, sepasang suami
istri ‘bule, berpasang2 bule lainnya yang kami tebak adalah orang latin, dan
satu keluarga Jepang. Selama 24 jam kami bersama dalam suka dan duka hehehhee…
tentang kereta, ada hal menarik yang cukup berbeda antara Malaysia dan
Thailand, saat di Malaysia rasanya kereta berjalan dengan mulus, namun saat
memasuki perbatasan Thailand, entah ada masalah apa dengan relnya.. tetapi
rasanya kami melalui jalan yang bergelombang, berombak. Kami pun berasumsi,
mungkin rel atau rodanya kelonggaran:D
Semakin malam dan semakin
memasuki Thailand, ‘ombak’ pun semakin besar. Kami pun bersiap menaiki
‘sleeper-atas’ yang menjadi rumah kami malam ini. Teringat buku ‘Aleph’ Paulo
Coelho, tentang titik aleph dan perjalanan kereta trans Siberia yang
berhari-hari, someday mungkin kami akan melalui perjalanan panjang itu J
Terimakasih Allah untuk
kenyamanan ini, semoga Thailand-Bangkok, memeluk kami seperti rasa nyaman yang
diberikan Penang ……
Versi lain dari cerita ini, dituliskan juga oleh teman seperjalanan saya di : http://rheazone13.blogspot.com/
Versi lain dari cerita ini, dituliskan juga oleh teman seperjalanan saya di : http://rheazone13.blogspot.com/
masih inget aja yang tatapan kosong itu..hahaha
BalasHapusHahahaha.... iya dong, masih ada beberapa tatapan lain yang 'terekam' :D
Hapus