Sabtu, 29 Agustus 2015

Second Hand :D

istilah kerennya Barang Bekas. kalo di Bandung namanya Cimol, disini namanya Cakar.
Sebenarnya gak asing dengan barang-barang ini, karena saat kecil saya sudah terbiasa mendapatkan barang-barang second hand, lungsuran dari kakak, bahkan dari anak juragan toko di Bone, yang kebeneran partneran bisnis dengan bapak. mulai dari majalah bekas, tas, sepatu dan mainan. nenek pun dulu sering membelikan baju bekas yang 'lucu-lucu'.
Murah dan meriah.
waktu tinggal di Bandung, saya gak terlalu rajin main ke tempat cimol, gedebage ataupun pasar Gasibu. sesekali nemenin temenan yang udah 'maestro' dibidang ini.
sekarang di Makassar, diantara penghematan sebagai ibu rumah tangga, akhirnya mulailah bertualang ke pasar terong untuk mencari gorden yang murah meriah. cerita gorden inilah yang membawa saya ke pasar terong. sejak ramadhan, suami sudah wanti wanti untuk beli gorden khusus untuk di pintu kamar kami, aku yang memang rada 'malas' untuk nyari dan milih-milih akhirnya gak pernah jadi membeli gorden. pernah nanya harga, 500.000 ribu untuk SATUgorden. aiiihhhh...
akhirnya suatu hari ngbrollah dengan teman di suatu pelatihan, 'kenapa gak beli gorden yang cakar saja? murah dan bagus itu'.
waaaahhh... akhirnya langsung beberapa hari setelahnya, bertualang ke pasar terong. di temani salah satu 'maestro' cakar.
Ketagihan. akhirnya hari ini bertualang lagi ditemani 2 orang 'maestro'cakar. mencari selimur/bedcover, akhirnya nemu juga dan beli beberapa sarung bantal serta tas kulit yang miring banget harganya.
Puas alhamdulillah, meskipun merasa 'sesak' banget karena disana udara terbatas. tapi setelah 2 kali bertualang, sudah lumayan menyesuaikan diri.

saya bukan anti barang bekas, saya hanya malas untuk memilih dan berdesak-desakan. apalagi saya gak paham soal kualitas dan merek hehehe... beruntungnya, ada 2 maestro yang baik hati dan mau menjadi quality control' untuk barang-barang yang saya suka.

Terimakasih man teman sang 'maestro', semoga bisa bertualang bersama lagi.

Tetiba teringat dengan isu terhangat tentang barang (khusus baju tampaknya) bekas belakangan ini yang katanya akan 'DIGUSUR'. waddduuuhh... bagaimana dengan nasib puluhan penjual barang bekas di pasar terong? dan bagaimana nasib kami yang mencari barang berkualitas dengan harga miring???

KENA TILANG!!!


Pengalaman pertama di tilang pak Polisi terjadi saat jaman kuliah. Waktu itu bareng salah satu sahabat , naik motor. Saking asyiknya ngobrol, sobat ini menerobos lampu merah. Priiiiiiiiiiiiiit, ada bunyi sempritan dan seketika kami dihadang oleh salah satu polisi yang tiba-tiba nongol di pinggir jalan. Pertanyaan pertama pak polisi setelah menyampaikan kesalahan kami adalah ‘MAU DISELESAIKAN DISINI atau DI PENGADILAN? Karena gak punya uang dan saling ngotot-ngototan, akhirnya SIM disita dan harus ngambil sendiri ke pengadilan.
Hari ini, hampir sepuluh tahun yang lalu sejak kejadian itu. Kena Tilang lagi. Kebeneran, gak niat bawa motor hari ini. tapi karena tiba-tiba adek sepupu pengen ikutan akhirnya naik motorlah. Lebih hemat dan ada yang boncengin pula. Motor melaju dengan pasti dari arah sudiang menuju kota. Sampai daerah Daya, tepat setelah jembatan sekumpulan polisi beraksi. Sebenarnya udah sering lihat gerombolan bapak-bapak itu, tapi emang gak pernah diminta ‘Mampir’ kalo aku yangbawa motor. Pas hari ini, kebetulan memang lagi gak bawa STNK. Kena Deh.
Adek spupu udah pucat. Mungkin ini pertama kalinya dia kena tilang di Makassar. Syukurnya aku menggunakan masker, jadi yang kelihatan Cuma mata aja. Dalam hati udah mikir, ini gimana caranya supaya bisa lolos ya? Apa aku langsung ngasih kartu nama :D (Hahahaha). Atau aku sebutin nama KOmandan polisi yang aku kenal? Atau harus acting jadi anak polisi? Ahhh kelamaan mikir, Akhirnya kami digiring ke warung pojok. Disana sudah berkumpul banyak ‘korban tilang’.
Pertanyaan pertama pak Polisi (Udah tauuu kan?) MAU DISELESAIKAN DISINI ATAU DI PENGADILAN?, sambil pak polisinya membuka catatan-catatan pelanggaran dan biaya-biaya yang harus dibayarkan di pengadilan. Aku pura-puranya jadi mahasiswa, mau kelihatan pinter dengan nanya-nanya, 

Kalo di Pengadilan nanti gimana pak? Dijelasin lah prosesnya…blablabla.

Pengadilannya di mana ya pak? (pura-pura bingung). Di sana di kantor blablabla, jawab bapak polisi.

Deket karebosi ya pak?. Iyaaa…tapi bukan disitu, RA Kartini.. tau gak?

Gak pak… hmmm….    Pak polisi menjelaskan lagi, deket rumah sakit apa itu yaa…

Oooo… rumah sakit khadijah ya pak?   Pak polisi bingung.

Aku gak lanjutin lagi pertanyaannya, kasian ke pak polisi. Akhirnya karena semakin banyak ‘korban tilang’, aku disuruh ke sudut dulu. Bapak polisi ‘layanin’ yang lain dulu.
Setelah dipanggil lagi, akhirnya aku ngasih ‘saran’ ke pak polisi untuk balik ke rumah ngambil STNK. Pak polisi berdalih, walopun pulang ya tetap aja ditilang. Saya pun keukeuh ‘daripada ntar dibawah ditilang lagi, gimana pak’. Akhirnya boleh deh, adek spupu akhirnya balik lagi ke sudiang untuk ngambil STNK dan aku nunggu di warung pojok, dengan jaminan aku akan SELESAIKAN MASALAH INI DISINI, BUKAN DI PENGADILAN.
Untuk ‘harga’, akupun nego. Pura-puranya minta uang ke adek spupu karena aku gak punya uang (padahal baru dari ATM J), dia punya 50.000, aku gak mau RUGI, jadinya nawar untuk ngasih Hanya 20.000, pak polisinya mengiyakan dan tersenyum. Harga hemat karena merasa kami SESUKU. Hmmm…
Kepanjangan ya ceritanya hehehe. Intinya selama adek spupu ngambil STNK di rumah, aku asik observasi bapak polisi dan para calon korban tilang. Menarik.
Berikut beberapa contoh kasus:
1.       Ada yang ditilang karena knalpotnya agak ‘beda’, berhasil LOLOS (gak bayar) karena dia katanya tergabung dalam komunitas apa gitu, dan udah ada izin.sebelum pamit orang ini cium tangan bapak polisi, wowww…
2.       Ada ibu-ibu yang ditilang. Akhirnya ngambek dan nangis, nelpon sodaranya yang jauh. Saat berhadapan dengan polisi, matanya sembab dan akhirnya polisi Meloloskan.
3.       Bapak-bapak gak bawa STNK juga seperti saya. Bilangnya STNK dibawa sama bapaknya ke luar kota, jadi dia gak salah. Tapi akhirnya dia menyerah dengan memberikan uang 30.000.
4.       Ada juga seorang mahassiswa. Gak bawa identitas apa-apa selain STNK. Mengakunya dia tinggal di masjid, sebagai remaja masjid. Motor ini dipinjamkan oleh temannya. Yang punya motor adalah sepupu temannya. Gak punya identitas karena baru kecuarian dan pulang kampong, akhirnya akan ngurus lagi. Dia BERHASIL LOLOS, kemungkinan karena di STNKnya tertulis alamat : ASPOL
5.       Ada lagi nih yang paling menarik, seorang remaja ditilang. Tiba-tiba datang dengan ‘kakaknya’, penampilan seperti preman. Akhirnya kakak ini menjelaskan bahwa adik ini menggunakan motornya untuk mengantar anak si kakak kesekolah. LOLOS dengan penjelasan dan tepukan di pundak pak Polisi.
Hehehe… hari ini, walaupun ditilang. Tapi lumayanlah belajar banyak dari sekilas observasi. Dalam rentang waktu observasi itu, sempat ada salah satu polisi yang nanya karena ngeliat aku bengong di pojokan, ‘ngapain dek?’ ‘tinggal dimana’?
Sebenarnya gemes pengen interview bapak bapak polisi ini, apa yang ‘menarik’ dari tilang menilang ini??? tapi ya sudahlah… semoga rezki kita semua berkah di hari ini :D

Kamis, 27 Agustus 2015

Mana Passionku?








Semingguan ini, kepikiran dengan pertanyaan Mana passionku? Tepatnya yang manakah Passionku diantara beberapa kegiatan yang selama ini aktif saya lakukan.
12 tahun yang lalu, saat saya kelas II SMA, saya sudah memimpikan untuk jadi Psikolog seperti saat ini. tercapai Alhamdulillah, saya berhasil lulus dari magister profesi di Unpad. Singkat cerita, sekarang saya aktif di Biro konsultasi psikologi, dengan aktivitas di area rekrutmen, assesmen, konsultasi pribadi, dan evaluator. Selain di biro, saya pun bekerja sebagai psikolog di salah satu sekolah Islam, dan  sempat mengajar sebagai Dosen LB di salah satu kampus islam. Bidang manakah yang paling saya minati?
Setelah diskusi dengan teman-teman, Passion itu adalah ketika kita mengerjakan sesuatu dan kita seolah-olah Lupa dengan waktu. Atau hal yang membuat kita ‘gelisah’ dan sibuk untuk menguliknya. Dan yang paling penting adalah, eksplorasi. Tetap eksplorasi! Seorang rekan sesama psikolog menemukan passionnya di bidang training di usia 30an, setelah berpraktek selama beberapa tahun. Seorang kenalan, mantan wartawan senior akhirnya menemukan passionnya sebagai Marcom CSR di salah satu bank di usia 40an. Ada juga rekan psikolog yang menemukan passionnya di bidang seni. Trus saya dimanakah?
Saya merasa sudah berada di area yang tepat di bidang psikologi, saya hanya perlu lebih deep lagi untuk mencari lebih spesifik. Cayooooo!!! Saya senang menulis, senang membaca, dan senang sharing dengan orang lain. Saat ini lagi senang-senangnya untuk belajar lagi tentang bahasa Inggris, wirausaha dan Ngeblog. 

Tak apalah, yang jelas saat ini kekalutan dan sekelumit pertanyaan tentang Passion ini membuat saya lebih bergairah. Semakin tertantang untuk mencari dan mengeksplorasi, kemanakah Passion ini akan berlabuh J.

Minggu, 16 Agustus 2015

Merdekaaaaa !!!

Sudah 70 Tahun Indonesia Merdeka.
Entah, sekarang ini merasa perayaan kemerdekaan tak semeriah waktu kecil dulu. mungkin karena tak terlibat lagi dengan kegiatan lomba, upacara atau??? ataukah saya tidak menghayati arti kemerdekaan? Saat sekolah dulu, kegiatan 17an menjadi ajang lomba yang membuat 'deg-degan', dan dari jauh-jauh hari sudah dinanti. bukan hanya perlombaan dan kegiatan seni lainnya. saat liburan itulah kami bisa berkumpul dengan teman-teman baru dari berbagai daerah. saat kuliah pun, liburan kemerdekaan menjadi ajang Reuni dengan teman-teman sekolah.

Sekarang, hari kemerdekaan tidak lebih dari menikmati hari liburan panjang dan menonton acara pengibaran bendera dari Kotak TV.  membosankan sekali.

Saya pun bingung dengan semangat kemerdekaan saya yang entah kemana dan ada dimana. Malu pada veteran dan pejuang yang telah berupaya dengan sangat keras untuk membawa Indonesia Merdeka. jadi, apa yang harus saya lakukan untuk merayakan kemerdekaan kali ini? :D

What are you is God’s gift to you. What you make of it is your gift to God


What are you is God’s gift to you. What you make of it is your gift to God. (Anthony Dalla Villa)
Tanpa sengaja nemu tulisan ini di salah satu majalah. Menarik dan ngerasa ‘ketohok’. Hadiah apa yang sudah kuberikan kepadaNya? Diantara begitu banyak ‘hadiah’ yang sudah diberikan, include sejak kelahiran hingga saat ini. Merasa bersyukur dengan segala yang ada, tapi tetap masih bertanya-tanya. Apa? Apa yang akan kuberikan padaNya?
Terbayang dengan begitu banyak nikmat yang sudah diberikan, hingga saya menjadi Aku saat ini. seringkali merasa masih banyak hal yang perlu dipelajari, perlu di’bersihkan’, perlu diasah, untuk menghasilkan dan memberikan hadiah yang terbaik bagiNya. Tapi benarkah demikian? Benarkah untukNya atau untuk Ego pribadi, untuk memuaskan rasa haus akan ‘hadiah-hadiah’ yang semu?  

Senin, 19 Januari 2015

Oleh-Oleh dari Merauke


Akhirnya, bisa menginjakkan di Merauke, tanah Papua. Setelah memimpikan begitu lama hehehe :)
September 2013 sempat berkunjung ke Pulau Sabang, dan menginjakkan kaki di titik nol Barat Indonesia, saat itu terbayang akan menginjakkan kaki pula di titik nol timur Indonesia, entah bagaimana caranya.
dan ternyata, be carefull what you wish for... beberapa bulan kemudian, akhirnya berjodoh dengan Abdul Rasyid, yang ditugaskan ke Merauke.
perjalanan dari Makassar, transit Biak, kemudian Jayapura, dan akhirnya sampailah di Merauke.
bertemu dengan orang ini, yang 'ngangenin'.
Banyak cerita dan pelajaran yang saya dapatkan selama 3 minggu 'liburan' di tempat ini, dan semoga tidak butuh waktu lama untuk menuliskannya.