Seorang ibu bertanya kepada saya, sebaiknya anak saya
dikeluarkan saja dari pesantren? Saya melihat dia agak tertekan. Di tempat
lain, seorang bapak berusaha meyakinkan diri untuk memasukkan anaknya ke
pesantren karena ingin mencari sang penerus. Sekolah mana yang cocok untuk anak
saya? Agar terhindar dari pergaulan yang tidak semestinya, anak saya sebaiknya
bergaul dimana, dengan orang yang seperti apa?
Menanggapi berbagai kasus baik
yang saya dapatkan di ruang praktik maupun dari lingkungan sekitar, banyak hal
yang terjadi terkait dengan anak dan remaja, yang mendasari perilaku seorang
anak pastinya selalu berkaitan dari lingkungan mana ia berasal, bagaimana ia
dibesarkan, apa yang ia hayati dari keluarganya, dan bagaimana didikan/ pola
asuh yang ia terima.
Hal ini membuat saya cukup
deg-degan, karena sebentar lagi saya akan menjadi seorang ibu, ibu yang
memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya nanti. Pola asuh mana, yang
seperti apa yang sesuai? Berbagai referensi yang saya baca selama ini membuat
saya nantinya akan menjalani fase trial error dalam pengasuhan. Selain
itu, konsistensi dan komunikasi dengan pasangan akan kesesuaian pola asuh harus
betul-betul dijalankan. Bukan itu saja, pemenuhan kebutuhan anak baik secara
fisik, psikis dan juga spiritual tentunya menjadi hal penting yang harus
dipikirkan.
Pelan-pelan mulai paham, kenapa
orangtua saya dulu mendidik dengan cara yang berbeda dengan orang lain.
permasalahan saya di sekolah adalah urusan saya pribadi, sehingga ketika saya
mengadu orangtua hanya mendengarkan tanpa ikut campur dengan masalah di
sekolah. meskipun termasuk keluarga yang cukup berada di lingkungan, saya
dididik untuk menabung dan tidak selalu mendapatkan apa yang saya inginkan.
Saya dididik untuk berusaha dengan jualan untuk membeli barang yang saya
inginkan, padahal orangtua sebenarnya mampu memberikan. Mulai paham dengan
kerasnya hukuman saat melewati waktu sholat. Pertanyaan berikutnya adalah
sanggupkah kita menjadi dan sebaik didikan orangtua kita?
Tampak berat untuk menjadi
orangtua, tapi selalu ada harapan bagi kami untuk menjadi orangtua terbaik bagi
anak-anak kami nanti. Membayangkan anak-anak adalah qurrotaayyun bagi
orangtua, penyejuk mata dan hati, nyess rasanya…