Sabtu, 23 Januari 2016

Gairah itu Bernama Target!


Gairah itu Bernama Target!
Hari ini konsul lanjutan dengan seorang remaja yang kurang percaya diri dan gak ngerti dengan jati dirinya. saya tidak akan menceritakan detil kasusnya, tetapi poin pentingnya adalah hari ini setelah keluar dari ruangan konsul, ada perasaan nyaman dan puas. Terbayang dengan wajah polos remaja itu ketika saya bertanya apa target hidupnya, atau minimal apa yang ingin ia capai dalam waktu terdekat? Usaha apa yang sudah ia lakukan untuk mencapainya?
Saya keluar dengan perasaan lega dan bergairah. Saya merasa tercerahkan. Ternyata TARGET ini pula yang sempat menghilang dari kehidupan saya. Saya cukup terlena dengan kondisi saat ini, ketika semua yang saya inginkan dulu tercapai.
Ternyata, kita butuh target-target kecil maupun besar yang membakar semangat kita dan menjadi energy full untuk melakukan aktivitas selama ini, selain passion tentunya. Target yang realistis dan jelas step by stepnya. BUKAN masalah HASIL yang dicapai, tetapi proses pencapaian target itu yang ternyata menarik dan menggairahkan hidup.

Jumat, 22 Januari 2016

Makassar-Merauke (MM) Relationship

Saya dan suami adalah pasangan LDR, dengan spesifikasi MMR (Makassar-Merauke Relationship).
Setelah kurang lebih setahun kami MMRan, baru kali ini kepikiran untuk menuliskan pengalaman terkait. banyak hal yang kami pelajari dari proses ini, setidaknya ada tahapan yang kami lewati. masa awal adalah masa mengharu biru yang membuat pikiran jadi 'ngehang', kemudian masa penerimaan dan sekarang ini Insya Allah sudah ada di masa 'realistis'. yup realistis dengan keputusan yang kami pilih dan tanggung jawab yang kami emban sebagai pasangan.

Ternyata proses penyesuaian ini tidak stagnan tapi seperti berulang, tergantung dengan kondisi dan perubahan apa yang terjadi. masa kehamilan tanpa pasangan ternyata cukup membuat kami sempat kembali ke tahapan awal yang mengharu biru, bingung dengan apa yang harus dilakukan dan membayangkan apa yang akan terjadi nanti. tetapi ternyata dengan komunikasi kami yang semakin efektif membuat proses ini menjadi menarik dan menguatkan kami sebagai pasangan untuk melewati tahapan demi tahapan hingga pada tahap realistis, sehingga bisa lebih logis dalam membuat keputusan hingga menentukan dan memperbaharui visi keluarga kecil kami.



Semoga selanjutnya tetap dapat belajar dan berkembang bersama sebagai pasangan yang utuh meski MMRan, saya yakin diluar sana cukup banyak pihak yang mengalami hal yang sama.

Sampai jumpa di pembahasan LDR berikutnya,

Critical Thinking atau Apa?

Beberapa kali menerima klien remaja-dewasa yang konsultasi tentang permasalahan yang mereka alami, membuat saya menarik satu kesimpulan tentang betapa saat ini banyak remaja-remaja kita yang terkesan kurang kritis terhadap paparan informasi maupun 'ajakan' dari lingkungan. miris rasanya.
Suatu, hari seorang ibu dan anak gadisnya datang di biro konsultasi kami. si Anak ternyata sudah kecanduan narkoba jenis shabu selama 2 tahun terakhir. efeknya, mulai cemas tingkat tinggi dan otomatis berhenti dari pekerjaannya yang sudah cukup nyaman sebagai karyawati bank. Alasan kecanduan, dimulai dari ajakan teman. sempat berhenti, ngikut lagi. yang lebih 'gemes' nya adalah ibunda tidak tega membawa anak ke pusat rehabilitasi.

Pernah juga, masih seorang gadis, mahasiswa S2 universitas negeri menyampaikan permasalahan bahwa ia ingin putus dari pacarnya. di awal saya berpikir, kenapa masalah putus ini menjadi sedemikian berat, ternyata setelah mendengar penuturannya, mereka sudah berhubungan 'jauh' dan si pacar addict dengan sex phone dan video call. si gadis harus selalu siap sedia di kala pacar membutuhkan penyaluran hasrat tersebut. si gadis tidak berani melawan, mengaku takut diancam dan pada intinya dia samasekali tidak kepikiran cara-cara efektif dan logis untuk menghindari sang pacar walaupun sebenarnya dia sudah tersiksa dengan hubungan tersebut.

kasus yang paling terbaru. seorang kakak datang ke ruang praktik saya untuk menyampaikan kegelisahan dan kekecewaan karena sang adik bungsu kemungkinan besar adalah bisex (LGBT). dia sama sekali tidak menyangka jika adiknya benar-benar seperti itu, padahal adik di rumah adalah anak yang sangat penurut, sayang keluarga. diakui bahwa adik selama ini kurang inisiatif dan sangat bergantung pada gadgetnya, tanpa sadar gadget itu adalah akses untuk 'mencoba' sebuah situs yang dikhususkan untuk gay dan bisex.

apa yang salah dengan remaja saat ini? kurang kritiskah? disertai dengan pola asuh dan lingkungan yang kurang tepat? atau kecanggihan teknologi yang memudahkan plus menjerumuskan?

Semoga saya bisa menjadi jalan agar mereka menemukan apa yang harus mereka lakukan, karena pada dasarnya setiap pribadi potensial untuk menyelesaikan masalahnya sendiri :)

Kamis, 21 Januari 2016

2016, New Year New Hope.

Makassar, 22 Januari 2016

Perayaan tahun baru sudah berlalu. minggu ini adalah minggu ketiga Januari, sudah telat jika harus mengatakan selamat tahun baru :D

Tapi ternyata belum telat untuk Memompa lagi semangat semangat terbarukan. flashback 2 tahun yang lalu, dengan situasi yang berbeda dengan saat ini, namun memiliki kesamaan semangat, dan bahkan lebih dari sebelumnya.

Yup, New Year, New Hope.
Mengutip kata 'istri bawel', apa yang kamu capai dan yang tidak kamu capai sebenarnya itu untuk kebaikanmu.

Mari rapih-rapih, beberes, manage kembali waktu dan energi untuk 2016 yang Bersemangat!